Pekanbaru (mediamelayu) – Ada rumah ibadah berubah jadi kafe atau tempat hiburan lainnya, hal ini dikarenakan generasi muda gereja tidak dipersiapkan dengan Firman Tuhan dan ibadah yang benar. Datang ke gereja hanya ingin tampil, baik sebagai singer atau hanya ambil bagian dalam vokal group saja atau datang ke gereja hanya sebagai rutinitas setiap hari Minggu, bukan menjadi pertumbuhan iman lewat perenungan Firman Tuhan dan pembaharuan kehidupan yang selalu menyenangkan hati Tuhan.
Hal ini disampaikan Pdt Nio L M.Th, Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) Jemaat Nehemia Rejosari Pekanbaru, dalam khotbah raya, Minggu 19 Februari 2023.
Adapun ayat bacaan Firman Tuhan terambil dari Yakobus 1:2-8; Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
Dua hal yang diperlukan dalam perantauan, pertama pentingnya memiliki iman. Yakobus 2:17; Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Iman harus dibuktikan dengan perbuatan.
Iblis saja bisa mengakui bahwa dia anak Allah. Dalam perkataan semua orang bisa mengatakan demikian. Namun perbuatannya tidak sesuai dari orang yang beriman. Harus nyata dalam perbuatan.
Beriman harus dipraktekkan, diwujudkan dalam kehidupan. Orang yang beriman tidak pandang bulu, menyamakan semua orang, tidak membeda-bedakan, baik miskin maupun kaya, sama. Tidak ada cari muka dalam sebuah kegiatan organisasi, baik di dunia kerja maupun dunia pelayanan.
Praktek beriman, bukan teori beriman. Jangan suka menjelek-jelekkan orang dalam lingkungan pekerjaan. Hendaknya bisa menerima semua orang tanpa membeda-bedakan.
Bukti iman bisa menerima orang lain yang berbeda, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pelayanan.
Jangan memiliki dendam, baik kepada suami, istri, dan anak. Iman harus disertai perbuatan yang bersih hati. Kalau tahu itu adalah dosa, jangan sampai mempengaruhi orang lain, jangan membawa istri, suami atau anak terlibat dalam dosa. Dalam pertumbuhan iman, perlu pembaharuan karakter dan rohani semakin bertumbuh besar.
Kedua adalah, khidmat yang ber-relasi dengan Tuhan. Baca Firman Tuhan dan berhati-hati dalam kehidupan.
Ada khidmat, kapan saat berbicara dan kapan saat diam. Kita perlu berkhidmat dalam hidup, lihatlah kondisi dan menempatkan diri pada kondisi tersebut.
Khidmat dunia penuh kesombongan, seperti contoh; terkadang ketika mau koor di gereja, kita mau duluan tampil dari orang lain tanpa aturan, muncul kesombongan.
Penting sekali khidmat di mana pun kita. Ketika kita bertetangga, jalinlah relasi yang baik, karena tetangga kitalah yang terdekat dengan kita dibandingkan teman-teman atau saudara di tempat yang jauh, sehingga perlu kita berkhidmat dalam bertetangga.
Khidmat dibutuhkan di mana-mana, karena khidmat itu bisa membaca situasi. Perlu ada hubungan atau relasi dengan Tuhan supaya kita berkhidmat.
Janganlah kita menduakan hati, jangan berbicara di depan lain, berbicara di belakang berbeda lagi.
Masih ada orang yang percaya dengan benda-benda untuk menjaga dirinya. Jangan menduakan Tuhan, sebab Tuhanlah yang menjaga dan memelihara hidup kita.
Kesimpulannya, dalam perjalanan kehidupan ini perlu iman, khidmat, dan fokus kepada Tuhan. Selamat hari Minggu dan Tuhan memberkati.*