28 Maret 2024

PEKANBARU (mediamelayu) – Google Doodle hari ini memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia.

Pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan Hujan Bulan Juni, kumpulan beberapa puisi terbaiknya. Karya ini menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa.

Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni menjadi ilustrasi apabila warganet mengakses URL Google.com dan Google.co.id. Ilustrasi sosok Sapardi berdiri di tengah rintik hujan sambil membawa sebuah buku dan payung.

Dilansir Google, Senin (20/3) sosok legendaris Sapardi lahir pada hari ini di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1940. Ia menghabiskan masa kecilnya di perpustakaan membaca setiap buku yang ia dapatkan dan mulai menulis puisi saat bersekolah di SMA Surakarta.

“Setelah mendapatkan gelar bahasa Inggris dari Universitas Gajah Mada, Damono belajar sastra Indonesia di sekolah pascasarjana,” Google melansirkan dilansir mdcr.

Saat bekerja sebagai penyiar radio dan asisten teater selama ini, dia mulai menganggap puisinya lebih serius. Ia rajin mengirimkan karya tulisnya ke berbagai media sampai berhasil menjadi redaktur beberapa majalah.

Pada tahun 1969, Damono merilis kumpulan puisi pertamanya, Duka Mu Abadi. Ketika sebagian besar penyair Indonesia berfokus pada refleksi dan gagasan masyarakat, debut terobosan Damano mencerminkan kondisi manusia. Lantaran kesuksesan buku puisi tersebut, Damano diangkat sebagai guru besar sastra di Universitas Indonesia.

Pujangga Indonesia ini menulis tiga kumpulan puisi lagi dengan gayanya yang lugas dan introspektif sebelum ia menerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada tahun 1986.

Berniat untuk mempromosikan bentuk seni di seluruh negeri, Sapardi mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dan menjabat sebagai ketua untuk tiga periode berturut-turut.

Ia juga menerjemahkan karya sastra dari seluruh dunia ke dalam bahasa Indonesia, dengan salah satu terjemahannya yang paling terkenal adalah The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway.

Universitas Indonesia memilih Sapardi Djoko Damono sebagai dekan fakultas dan mengadakan resital puisi pada tahun 2010 untuk merayakan karya hidupnya.

Kemudian, dalam kariernya, ia mendapatkan penghargaan bergengsi termasuk Penghargaan Achmad Bakrie untuk Sastra pada tahun 2003 dan Penghargaan Akademi Jakarta pada tahun 2012.

Saat ini, puisinya masih dibaca di seluruh dunia, berfungsi sebagai ode untuk generasi penulis berikutnya. Kini Sapardi dikenal sebagai penyair yang karyanya begitu menggoda untuk dipuji.*

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *