PEKANBARU (Mediamelayu.com) – 21 jamba terhidang, lengkap dengan lauk pauknya berupa sayur acar dan gulai daging, di kelilingi sekitar 82 orang bapak-bapa, pemuda, remaja dan anak-anak yang semuanya lelaki.
Jamba adalah sebuah piring besar berukuran jumbo yang menjadi wadah makan bersama, yang biasanya dikelilingi antara 4-5 orang. Di sampingnya terdapat beberapa pring lauk puak, wadah pencuci tangan dan air minum.
Keunikan tradisi makan bajamba ini terletak pada tata cara makannya, yakni nasi yang telah digenggam tidak boleh disuap langsung ke mulut, melainkan harus dilambungkan ke arah mulut.
Tata cara ini dimaknai sebagai etika kesantunan dalam kebersamaan, dan kesederhanaan dalam kehidupan, yakni makanlah sesuai dengan kemampuan mengayunkan nasi.
Pemandangan istimewa yang selalu muncul bertepatan dengan perayaan hari besar keagamaan bagi warga Pekanbaru, Riau yang berhimpun dalam Ikatan Keluarga Magek (IKM
“Iya, tradisi makan bajamba ini wajib dikedepankan setiap perayaan hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi Muhammad SAW,” kata Nasrilian, salah satu sesepuh IKM Pekanbaru.
Iya, kali ini bertepatan dengan perayaan Idul Adha 144 H, sekaligus penyembelihan henwan qurban anggota IKM yang dititipkan kepada pengurus IKM untuk disembelih dan dagingnya dibagikan kepada seluruh anggota IKM yang berdomisili di Kota Pekanbaru.
“Setelah bersama-sama bekerja mulai dari menyembelih hewan qurban, menguliti, memotong daging, mencincang tulang hingga mengemas ke kantong, maka kita makan bersama tanpa terkecuali,” kata Nasrilian yang juga Ketua Panitia Qurban IKM tersebut.
Suasana makan bajamba yang sangat ramai dengan senda gurau dan gelak tawa, memperlihatkan begitu eratnya silaturahim diantara warga Magek ini, sebagaimana terlihat pada Sabtu (01/07/2023).
“Momentum makan bajamba ini sangat ditunggu-tunggu anggota, karena pada saat ini keceriaan dan keakraban sesama anggota menjadi semakin erat,” tambahnya.
Di sela-sela lelaki dewasa dan remaja, juga terlihat anak-anak turut mengelilingi jamba yang terhidang, dikatakan Nasrilian adalah upaya untuk mengenalkan tradisi di kampung halaman kepada anak-anak sejak mereka masih kecil.
“Kami masih memelihara tradisi ini dari tahun ke tahun, dan In Syaa Allah akan terus kami pertahankan. Karena tradisi makan bajamba ini menyampaikan pesan kehidupan yang sangat luar biasa,” ungkapnya.
Begitu para lelaki telah menyelesaikan mankannya, barulah giliran para wanita yang makan bajamba, hal ini terpaksa dilakukan mengingat ramainya anggota IKM yang hadir pada kesempatan perayaan tersebut. (Rls)