Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Pertama-tama, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Baik itu dengan menjalankan perintah-Nya ataupun dengan menjauhi larangan-larangan-Nya. Allah Ta’ala telah menjanjikan kepada orang-orang yang bertakwa surga-Nya yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, surga yang semua kenikmatan dunia tidak ada bandingannya dengannya. Allah Ta’ala berfirman,
لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ
“Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imran: 15)
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala,
Di antara amal ibadah yang paling agung, yang harus dijaga oleh seorang hamba adalah berzikir dan mengingat Allah Ta’ala. Karena zikir akan menumbuhkan rasa cinta dan takut kepada Allah Ta’ala, serta zikir juga menjadikan seorang hamba berkeinginan kuat untuk bisa melihat-Nya dan mendapatkan surga-Nya.
Di antara zikir yang harus senantiasa dijaga dan dirutinkan oleh seorang hamba adalah istigfar dan memohon ampunan kepada Allah Ta’ala. Karena istigfar akan mendekatkan seorang hamba kepada surga serta merupakan ciri khas para Nabi ‘alaihimus salam dan orang-orang saleh.
Kalimat istigfar adalah kalimat yang diterima Nabi Adam dari Tuhan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 37)
Di surah Al-A’raf, Allah sebutkan lafaz istigfar Nabi Adam dan istrinya,
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Keduanya (Adam dan Hawa) berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.’” (QS. Al-A’raf: 22)
Dengan istigfar semisal ini pula, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berdoa. Dan begitu pula kaum mukminin pengikut mereka.
Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala, istigfar adalah tugas sepanjang kehidupan serta rutinitas seorang mukmin sepanjang harinya. Ia mulai pagi harinya dengan beristigfar dan ia tutup harinya juga dengan istigfar. Saat hendak tidur, ia beristigfar dan saat bangun dari tidur, ia juga beristigfar. Saat bangun dan berdiri dari sebuah majelis, ia beristigfar dan setelah melakukan sebuah kemaksiatan pun, ia tak lupa untuk beristigfar.
Lihatlah, bagaimana Allah Ta’ala menyadarkan hamba-hamba-Nya akan pentingnya beristigfar ini. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadis qudsi,
يا عِبَادِي، إنَّكُمْ تُخْطِئُونَ باللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian selalu berbuat salah siang dan malam, sedangkan Aku senantiasa mengampuni semua perbuatan dosa. Maka, mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.” (HR. Muslim no. 2577)
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala juga memotivasi hamba-hamba-Nya yang banyak melakukan dosa untuk senantiasa optimis dan tidak putus asa di dalam mengejar ampunan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Jemaah Jumat yang semoga senantiasa meminta ampun kepada Allah Ta’ala,
Allah Ta’ala menyanjung dan memuji hamba-Nya yang kembali kepada-Nya, bertobat kepada-Nya, meninggalkan keburukan-keburukan, dan berjalan kembali kepada-Nya dengan banyak beristigfar dengan sebaik-baik sanjungan dan pujian. Allah Ta’ala jadikan mereka di antara salah satu hamba-Nya yang bertakwa, hamba-Nya yang berhak mendapatkan surga yang luasnya melebih luas langit dan bumi ini. Allah Ta’ala berfirman,
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)
Pada dua ayat berikutnya, Allah Ta’ala tegaskan kembali sifat Al-Muttaqiin (orang-orang yang bertakwa). Mereka adalah orang yang paling cepat sadar, bertobat dan kembali kepada Allah saat melakukan kemaksiatan dan perbuatan dosa,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)
Terutamanya, apabila istigfar ini dilakukan di sepertiga malam terakhir, karena Allah Ta’ala berfirman,
وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS. Az-Zariyat: 18)
Di sepertiga malam terakhir inilah Allah Ta’ala turun ke langit dunia sembari berfirman,
مَن يَدْعُونِي فأسْتَجِيبَ له، مَن يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَن يَسْتَغْفِرُنِي فأغْفِرَ له.
“Siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku beri. Siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 6321)
Wallahu a’lam bisshawab.
أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.
Baca juga: Perbedaan Istighfar Dan Taubat
Khotbah kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala,
Istigfar merupakan tanda keimanan dan keteguhan. Tanda kuatnya Islam seseorang dan keyakinannya serta merupakan tanda kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya. Istigfar membuahkan hal-hal manis teruntuk siapapun dari kita yang merutinkannya. Siapapun yang Allah inginkan untuknya kebaikan, maka akan Allah jadikan lisannya senantiasa berzikir dan beristigfar. Dengan istigfar inilah, hati seorang hamba menjadi lapang dan tenang, dan dengannya pula lisan seseorang menjadi lembut.
Istigfar menjadi sebab utama sampainya ilmu kepada diri kita, memperbanyak kuantitas keilmuan kita, serta menguatkannya. Allah Ta’ala kaitkan antara keberkahan ilmu dengan istigfar dalam firman-Nya,
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا *وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat, dan mohonkanlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa’ : 105-106)
Wahai hamba-hamba Allah sekalian,
Istigfar yang kita rutinkan akan menguatkan badan, meluaskan rezeki serta memperbanyak harta dan keturunan. Menjadi sebab turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, banyaknya buah-buahan, stabilnya ekonomi sebuah masyarakat dan nyamannya kehidupan. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Dan (Hud berkata), ‘Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.’” (QS. Hud: 52)
Dalam surah Nuh, Allah Ta’ala juga berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ * يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ * وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ
”Maka aku berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.”” (QS. Nuh: 10-12)
Jemaah yang semoga senantiasa dalam rahmat Allah Ta’ala,
Istigfar merupakan sebab utama datangnya rahmat Allah kepada kita. Allah Ta’ala berfirman,
لَوْلَا تَسْتَغْفِرُوْنَ اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat?” (QS. An-Naml: 46)
Yang terakhir, istigfar merupakan penghalang antara diri kita dan azab Allah Ta’ala. Allah Ta’ala sebutkan hal ini dalam surah Al-Anfal ayat 33,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS. Al-Anfal: 33)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah meninggal dunia. Tidak ada yang tersisa untuk kita sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari hukuman Allah dan azabnya, kecuali dengan tobat dan istigfar, memohon ampunan kepada Allah Ta’ala.
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala,
Contohlah dan teladanilah Nabi kita, suri teladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau bersabda,
واللَّهِ إنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وأَتُوبُ إلَيْهِ في اليَومِ أكْثَرَ مِن سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari no. 6037)
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik dan petunjuk kepada kita semua agar senantiasa beristigfar dan memohon ampunan kepada-Nya. Semoga Allah Ta’ala jadikan sebagai salah satu hamba-Nya yang sukses meraih ampunan-Nya.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, tutupilah aib kami, lapangkanlah dada kami dan mudahkanlah seluruh urusan kami.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى
“Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku, dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku sendiri. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupun sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan.”
Sumber: https://muslim.or.id/85229-buah-manis-istigfar.html